![tampang allo image](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirt83XV741lQJKjytp3L4m7uR40K_Ah8N7_P-FCRet813h3OQLMR_lJvfhb_zTtE2OvjEHnNBuX1cu-XJ51Im7IgB3_YpxWV7scpInn68MgvjbpuB1-Zd6upW4RRyKcbmZYY2BdvLldqp7/s320/tampangallo.jpg)
Demikianlah Rangga Bulaan di gadis cantik, asuhan sang kera, meninggal lebih dahulu dan jenazahnya dimasukkan ke dalam Erong serta diletakkan dalam gua Tampang Allo. Sedangkan Sang Puang Manturino pada saat meninggal Erong ditempatkan pada pemakaman losso' yang letaknya tidak jauh dari Tampang Allo. Entah bagaimana kemudian erong Sang Puang ternyata kosong. Sedangkan jenazahnya telah bersatu dengan jenazah istrinya di Tampang Allo. Lama setelah Sang Puang dan istrinya Rangga Bulaan meninggal dunia pusaka kerajaan yang disebut Bakasiroe' diambil alih oleh Puang Musu' sebagai penguasa Tongkonan Puang Kalosi.
Pada masa itu juga Tana Toraja yang dikenal sebagai Tondok Lepongan Bulan Tana Matarik Allo berada dalam kekacauan akibat serangan dari kerajaan Bone. Terjadi juga peperangan antara daerah/ masyarakat setempat dan tentara Bone membantu salah satunya dan akibat yang kalah perang dirampas sawah dan kekayaannya serta orang-orangnya dikirim ke Madan dan ke daerah Bugis.
Puang Musu' membawa pusaka Baka Siroe' mengungsi ke Madan dan sewaktu Puang ini menyeberang sungai Sa'dan dan salah seorang yang bernama Karasiak membunuh Puang Musu' dan merampas Baka Siroe'. Keturunan Puang Musu' selalu berusaha dengan cara apapun untuk mengembalikan pusaka Baka Siroe' ke tempatnya semula pada tahun 1934, terjadilah perdamaian antara Puang Musu' dengan keturunan Karasiak melalui perkawinan.
Kemudian dengan lahirnya anak di pari tangga, Pusaka Baka Siroe' diberikan kepada anak tersebut untuk menyimpan dan memeliharanya. Demikian juga tempat pemakaman mereka kelak disepakati di Gua Tampang Allo sebagai perwujudan perjanjian dan sumpah suami istri yaitu "sehidup semati satu kubur kita berdua".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar